Penulis dan Tulisan

Tepat kemarin (Kamis, 04-Aug-16); saya membuat sebuah Artikel mengenai salah satu perusahaan Retail yang karyawannya diserang secara verbal oleh manusia yang mengaku Oknum.

Saya tadinya ga ada niatan untuk perduli dengan hal seperti ini, tapi kemarin sepertinya sudah melewati batas. Makanya saya tulis saja, skema percakapan mereka didalam blog dan perbersihan nama retail; bahwa gak hanya 1 retail aja kok yang melakukan kesalahan sepele.

Saya orangnya menyukai observasi;
Saya bekerja di Perusahaan Retail, namun itu tidak menghapus keinginan saya untuk berbelanja di Toko Lain. Saya tetap belanja ke Toko lain dan melihat, apa sih kelebihan dan kekurangan mereka; lalu saya bandingkan dengan Perusahaan Retail tempat saya bekerja.

Ada beberapa hal yang membuat saya bangga, karena perusahaan retail tempat saya bekerja memiliki beberapa hal unggul dibandingkan Toko lainnya. Namun entah kenapa kami selalu jadi Momok sebagai Daging yang digigit terus-menerus, sementara yang lain tidak?.

Saya mencoba untuk Netral;
Jika saya ke Toko-toko lain maupun perusahaan retail tempat saya bekerja, jika ada hal yang kiranya akan memancing complain; saya akan sampaikan baik-baik ke karyawan-karyawan tokonya dan gak perlu rusuh apalagi mengancam. Itu lebih fair, saya rasa; dan sebuah perkara jangalah diperbesar dengan Memakan Mental Kaum Proletariat.


Inilah penyebab saya Geram.

Persaingan, Agama dan Ilmu pengetahuan jangan disatukan dengan politik, bung!
Jadilah Pribadi (Wanita / Lelaki) yang cerdas, jangan hanya menjual Fisik atau Suara.
Otak juga diperlukan Meneer...

Beruntung bagi beberapa Netizen yang sudah baca artikel saya kemarin, sebelum artikelnya saya turunkan. Tepat dibawah artikel ini, seharusnya ada artikel tersebut.

Entah kenapa kita tidak bisa bebas mengemukakan pendapat.
Entah kenapa kita tidak boleh jujur mengeluarkan bukti, dan hidup dalam ketakutan.


Saya bukan orang yang bisa dengan mudah menulis sebuah kritikan (yang menurut orang banyak, begitu pedas), jika hal yang saya kritis masih dalam batas wajar.. tentunya saya akan cuek alias masa bodo.

Tapi;
Jika hal tersebut terus-menerus berulang terjadi,apalagi sampai responnya kelewatan dan itu memprovokasi; ya mohon maaf kalo saya akan protes dengan tulisan.

Saya seorang Introvert yang lebih suka / memilih untuk melakukan observasi dan diam, beberapa sahabat dan keluarga saya tahu; jika saya sudah marah itu berarti sudah kelewat batas.




Menyambung Artikel kemarin;
Sebelum saya dikirimi pesan-pesan untuk menurunkan / menghapus artikel, saya cukup takjub dan jujur kaget. Dalam hitungan menit 1 Artikel ini mampu menyedot Ratusan orang untuk membaca

"sebesar ini kah, hausnya para pembaca?. Apakah mereka hanya ingin tau kabar terbaru, atau ingin mencari kebenaran atau apa?".

Rasa kecewa saya luar biasa, karena saya hidup di jaman yang setengah-setengah. Bebas tapi tidak bebas.

Lalu bagaimana nasip kami para Penulis, yang menulis berdasarkan Hati Nurani kami?
Lalu bagaimana dengan Luapan Kalimat yang dikubur, demi menutupi kebenaran?
Lalu bagaimana dengan lantun ketukan keyboard / mesin tik / pulpen / pensil dari kami; para penulis, yang menulis dengan tanpa Tujuan Uang?

Apa kami harus Bungkam?

Salam,




Sumber gambar-gambar: Google

0 komentar:

Posting Komentar

 
Notes Dita Blog Design by Ipietoon