Bpk. Ahok: Jalur Motor di Jakarta

Dear Bpk. Ahok

Surat ini hanya bisa saya tulis di Blog saja, karena untuk menyampaikannya langsung ke Bapak saya tidak tau harus kemana dan bagaimana. Jika lewat Pos, saya takut tidak sampai ke tangan Bpk. bukan maksud mengecilkan para Pak Pos yang mengirimkan surat, saya merasa akan lebih menyenangkan jika menyampaikan ini langsung ke Bpk.

Jadi begini pak;
Mengenai peraturan Penutupan beberapa area untuk para pengendara Motor di Jakarta, saya dan mungkin beberapa masyarakat jakarta mungkin sudah tahu; bahwa nantinya daerah Otista, Angkasa, Garuda dan sekitarnya akan ikut ditutup bagi pengendara Motor.

Sejujurnya saja sedih pak membacanya;
1. Jalur tersebut adalah jalur saya ke kantor setiap hari

2. Kalo misalkan saya pulang malam, berarti alternatif pilihan saya adalah Taxi dan Angkot. Karena saya yang biasanya dijemput pun, dijemputnya dengan Motor bukan dengan Mobil yang tidak merasakan sensasi panas dan hujan di Jakarta.
**Bagaimana dengan para Wanita yang merasakan hal yang sama dengan saya?, jika memang solusinya adalah bisa dialihkan ke Kendaraan Umum; maka saya bertanya, bagaimana solusi mengenai Pelecehan Seksual, Kriminalitas dan rasa aman saat wanita pulang menunggu angkot dipinggir jalan atau duduk didalam Kendaraan Umum.
**Bagaimana meyakinkan Kami para wanita (ibu dan calon ibu bagi generasi muda bangsa Indonesia) bahwa; tidak perlu takut. Berita mengenai Kasus Mutilasi, Pemerkosaan, Penculikan, dsb yang ada di Media itu hanya Hiasan Media untuk mencari Nafkah.

3. Saya mendengar keluhan Tukang Ojek, saya mau nyari uang dimana lagi?

Bpk. Ahok;
Pendapat saya, pemikirian saya.
Mungkin Bpk. membuat sistem seperti ini benar untuk membuat Jakarta lebih tertib lagi dan sebagai Ibukota apalagi negara yang sedang berkembang, harus mau bersolek dan pasti akan ada yang harus dikorbankan.

Pertanyaan saya pak;
Bagaimana dengan Mobil Pribadi?
Jika salah satu alasan mencegah kemacetan, apakah Mobil Pribadi tidak ikut ambil alih dalam terselenggaranya kemacetan di Jakarta; sebagai contoh:
1. Parkir Sembarangan
2. 1 Rumah memiliki > 1 Mobil (jika didalam 1 rumah ada 5 anggota keluarga dan semuanya sudah memiliki KTP, ada kemungkinan 1 rumah tersebut memiliki >2 Mobil). Tolong jujur pendapat Bpk. bagaimana?

Kembali lagi saya berfikir;
Jika memang mau mengambil cara pembatasan kendaraan; 1 Rumah = 1 Mobil
1. Memang bisa membuat Jakarta Mengirit BBM
2. Mengurangi Polusi Udara
3. Mengurangi Kemacetan
4. Sayangnya sistem tersebut sepertinya masih alot jika diterapkan saat ini, sehingga cara mudah  untuk memotong Kemacetan; bisa diusulkan dulu Motor yang dilarang, nanti bisa kita mulai untuk Mobil Pribadi.
5. Sayangnya kemacetan itu bukan dikurangi tapi dialihkan ke daerah lainnya. 

Kembali lagi hal tersebut diatas adalah pendapat saya.
Adil itu Sulit Pak, apalagi jika berhubungan dengan Birokrasi.
Adil itu hubungannya ke Tuhan.
Terkadang Adil itu memang seperti Buah Simalakama


Bpk. Ahok;
Tanggung Jawab Bpk. sungguh besar membangun Kota Jakarta ini.
Saya teringat Film Nagabonar 2 yang diperankan kembali oleh Dedy Mizwar;
Saat itu dia menyewa 1 Bajaj untuk keliling Jakarta dan saat ingin masuk ke salah satu daerah di Jakarta, dimana Bajaj dilarang masuk.
Sontak si Dedy Mizwar bingung ketika Polisi memberhentikan bajajnya dan menyampaikan bahwa Bajaj dilarang melewati Jalur ini, apa alasannya?
Bukankah Negara Indonesia sudah merdeka?

Salam,

3 komentar:

  1. semua keputusan pasti ada pro dan kontra, tapi percaya dan yakin aja pasti akan mendapatkan yang terbaik dita karena semua butuh proses.. hehee

    BalasHapus
  2. @tomi iya ya tom.. mudah2an ada solusi yang baik untuk semua, aamiin.

    BalasHapus

 
Notes Dita Blog Design by Ipietoon