Diorama Bersambung

Suasana mendung tanpa Hujan dan Matahari. Tenang tanpa kebisingan yang berarti. Rasanya asik jika menulis sebuah cerita yang tidak tahu cerita apa. Sebuah arti kata sebuah didalam mangkuk Es Buah datar. Sedatar dinding tanpa cat hanya polesan Batu Bata dan Semen. Semenjak aku menyadari kebingungan. Semenjak itu pula aku menghela nafas. Bernafas panjang tertawa sepi.

Ah, Jengah.
entah apa dirangkai tanpa tujuan, berbayang apapun. Menjengkelkan seperti Duri Ikan Kecil yang menusuk Gigi. Tidak bisa dikeluarkan hanya dirasa. Duri itu bersembunyi didalam Gusi dan Gigi. Dia sungguh pintar, tentunya Jari-Jari Bantet ini tidak bisa menggapainya. Rasa ingin mengeluarkannya seperti ingin mengorek Bekas Lem di meja tapi itu tidak bisa. Ugh.

Bernyanyi sedikit;
"Cinta ditolak, Murid SD mau bunuh diri"

Memalukan sekali (-____-) Sinetron berhasil membuat kacau, walau bukan 100% kesalahan dari Pihak Mereka. Orang tua pun harus berfikir Keras. Sekeras telunjuk patung Pancoran yang baku dan tegas selama  bertahun-tahun menunjuk arah yang sama;

Hah,
Sudah aku bosan menulis dan mengarang serta mengambil kertas-kertas sisa Print yang gagal dibagian Kantor. Mengisi bagian kertas yang kosong dengan Tulisan-tulisan tidak jelas. Dari Huruf Rapi menjadi Huruf Ceker.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Notes Dita Blog Design by Ipietoon