Indonesia sebagai Bangsa yang sedang berkembang akan dihadapkan oleh beberapa Unsur yang kehadirannya sama sekali tidak dapat dihindari. Unsur tersebut dapat Berakibat Baik dalam artian meningkatkan dan membantu laju perkembangan tanpa menghilangkan Jati Diri Bangsa, namun bisa juga Berakibat Buruk dalam artian meningkatkan dan membantu laju perkembangan dan menghilangkan Jati Diri Bangsa. Unsur yang dimaksud terbagi dua, yaitu Unsur Internal dan Unsur Eksternal. Unsur Internal disebut dengan Multikultural dan Unsur Eksternal disebut dengan Globalisasi.
Globalisasi adalah proses masuknya budaya asing ke dalam sebuah negara atau bangsa. Budaya tersebut akan mempengaruhi Gaya Hidup, Pendapatan, Investasi, Perdagangan, Politik, Budaya Nasional, dll. Globalisasi juga bisa diartikan dengan istilah Internasionalisasi. Sementara Multikultural adalah Keragaman Budaya, dalam artian khusus Multikultural di Indonesia dicontohkan dengan Keragaman Budaya dari beberapa daerah di Indonesia yang melahirkan Ciri Khas Budayanya masing-masing.
Namun sungguh memilukan; Kebanggaan akan Budaya Indonesia justru saat ini seperti sebuah Noda yang jika terlihat akan membuat malu Diri Sendiri. Kita semua telah lupa, justru Kita terlahir dan Hidup di Negara Pancasila, negara yang menjunjung begitu banyak Kebijaksana dan Budaya yang Mendunia. Lalu mengapa Justru Pengaruh Globalisasi mampu mematahkan Jati Diri Bangsa?
"Jika ingin menyalahkan seorang anak, maka salahkanlah Pendidikan Pertama yang Ia dapatkan"
Pepatah diatas saya temukan dan saya cerna sendiri tercetus pada tahun 2011. Saat saya hendak memulai sebuah langkah besar, yaitu meniti karir. Saat itu saya berfikir bagaimana saya bisa bangkit kembali dan mulai membentuk Prestasi yang saya bangun sendiri tanpa bayang-bayang Orang Tua jika saya sendiri tidak mencari tahu “Apa yang aku cari”, “Jika aku terus berkarir dalam bayang-bayang Orang Tua, hanya Kebanggaan Orang Tua yang aku Raih namun jika aku bersikukuh meniti Karir diatas Gairahku sendiri, maka aku bisa Membentuk Pencapaian Diri serta Kepuasan Batin. Selain itu aku yakin, Seiring dengan Kesuksesan Orang Tua akupun akan Bangga dengan hasil yang aku persembahkan untuk mereka”. Setelah berkutat beberapa Bulan, akhirnya saya berhasil menemukan panggilan itu “Inilah Jati Diri yang ku Cari” rasanya seperti menari dilantunan Air Terjun, Tertawa dan Menangis dalam Keteduhan Tuhan.
Benang Merahnya adalah Rakyat Indonesia terlanjur menjadi seperti sekarang ini karena Kurangnya Pondasi dan Kesadaran. Masyarakat Indonesia rata-rata masih hidup dalam Kepolosan. Kepolosan itulah yang menjadi titik lemah Persatuan Indonesia. Indonesia diibaratkan seperti Bentangan Kain Batik yang masih Polos (Kosong), sehingganya kita bisa melukis dengan berbagai warna yang Indah, Menarik atau bahkan Gelap. Budaya Asli Indonesia seperti Warna Organik, sangat sederhana, tidak berbahaya, Keindahan yang luar biasa serta warnanya lebih abadi. Budaya Global seperti Warna Non Organik yang penggunaannya sangat berbahaya, baik dari Warna yang dihasilkan, polusi udara hingga Limbahnya. Namun benar juga Warna Non Organik lebih menghasilkan Warna yang Mencolok tapi jika penggunaannya dicampur dengan Warna Organik akan merusak Keaslian Warna dari Lukisan (Warna menjadi rancu atau tidak jelas), juga merusak Kain Batik dalam jangka panjang.
Kita bisa memberikan contoh beberapa tarian atau masakan Asli Indonesia yang dibumbui oleh Unsur Asing (Globalisasi) dengan Tujuan agar lebih mudah diterima oleh Dunia. Hal itu sepertinya sungguh disayangkan karena sama seperti kita Pasrah begitu saja dan tidak punya Tujuan atau Semangat. Noor Anani Maska Irman atau biasa dipanggil Mbak Nani Sawitri, sosok sederhana seorang Penari Tari Topeng Losari dari Cirebon yang merasakan Bahwa Panggilan Hidupnya adalah menari dan menari, merupakan salah satu contoh Anak Bangsa yang tetap pada pendiriannya yaitu membawa Budaya Indonesia dengan Keasliannya dan itu telah dipertunjukkan di Mata Dunia. Nama Sawitri diambil dari Pendiri Sanggar Purwa Kencana, Sawitri; yang merupakan Generasi Ketujuh Pewaris Tari Topeng Losari memberikan Warisan secara Langsung kepada Mbak Nani (panggilan akrabnya) untuk Meneruskan Sanggar. Karena kegigihannya itulah Mbak Nani kian dikenal oleh Dunia dan dalam waktu dekat ini Mbak Nani akan berkolaborasi dengan salah satu Penari Terkenal Korea.
Atau contoh sederhana lainnya; Permainan Tradisional. Sadarkah kita Permainan Tradisional sudah jarang sekali ditemukan?. Hanya Penduduk Penggiran yang justru berjasa karena masih kental dalam Tradisi asli Indonesia, sadar atau tidak sadar Permainan Tradisional justru membangun Landasan atau Pondasi terkuat bagi Persatuan Indonesia, seperti permainan Layang-layang yang mengajarkan anak-anak untuk berdiskusi, bagaimana caranya supaya Layang-Layang bisa terbang dengan tinggi?.. atau bisa juga Grobok Sodor (Bahasa Cilacap) atau nama umumnya Galaxin yang mengajarkan kekompakan perkelompok dalam mencapai kemenangan.
Permainan Tradisional mengajarkan anak-anak dalam bersosialisasi, membuat perhitungan, kekompakan, saling mencintai, tenggang rasa, bermain secara adil, berdiskusi dan yang terpenting adalah Saling Tolong Menolong. Semua Pondasi tersebut tidak ditemukan pada Permainan Modern zaman sekarang yang sudah tercampuk aduk dengan Globalisasi seperti PS, Handphone, Game Online yang hanya dimainkan disebuah Gadget (nama lain dari Mesin) dan itu tidak dapat mengajarkan anak-anak tentang apa saja Pondasi dari Persatuan Indonesia. Karena hanya akan ada komunikasi satu arah. Bukan anak dengan anak atau Anak dengan Orang Tua yang seharusnya di Implementasikan melainkan hanya Anak dengan Mesin. Tidakkah itu sangat memilukan?..
Perkembangan Bangsa bisa diwujudkan oleh Unsur Globalisasi dan Multikultural, namun dengan komposisi yang Bijaksana. Maksudnya kita justru harus melihat Globalisasi sebagai Peluang untuk Memperlihatkan Keaslian Jati Diri atau Identitas Bangsa.
“Rasakan alunan Jati Diri didalam Darah Indonesiamu, Getaran Batin Kebangsaan dalam Nadimu dan Hempasan Aroma Budaya Indonesia yang sudah mulai merintih memanggil Anak-anak Bangsa untuk Segera Mengangkatnya kembali.
0 komentar:
Posting Komentar